Pesimis,
ertinya tak punya harapan, hilang kepercayaan kepada alam dan hidup.
Sebab dilihat bahawa tidak ada harapan kebaikan daripadanya. Terutama
dari kehidupan itu sendiri. Semuanya hanya sia-sia, semata-mata
sia-saia. Keindahan, kesempurnaan hanya ada dalam cita-cita. Tidak
berjumpa dalam alam nyata. Bagaimanapun menghabiskan umur, mengurus
dunia ini,tidaklah ada yang akan beres. Selama hawa nafsu manusia masih
ada, dan syaitan masih ada, janganlah harap akan mendapat keberesan.
Nafsu serta syaitan itu tidaklah dapat dibunuh, sebab dia ada dalam
kehidupan manusia itu sendiri.
Orang mengatakan dunia mesti
damai. Tetapi tak akan ada selama masih ada pertentangan kepentingan di
antara aku dan dia. Orang merebut kekuasaan, dengan semboyan mencari
keadilan. Padahal merebut kekuasaan itu sendiri, terbukti tidak akan
berhasil, kalau melalui jalan keadilan. Katanya, bangsanya yang
beradab, harus mendidik bangsa yang tidak beradab. Sebab itu negeri
yang dikatakannya bangsa tidak beradab itu dijajahnya, dan menjajah itu
adalah puncak setinggi-tingginya dari perangai tak beradab dari bangsa
yang mengaku sangat beradab.
Negara sekutu yang menang dalam
Perang Dunia kedua menghukum gantung pemimpin-peminpin Nazi Jerman, yang
dituduh penjahat perang. Mereka tidak dapat berkata, sebab sebelum
dihukum, hukuman itu telah ada! Kalau mereka yang menang, tentu
pemimpin-pemimpin sekutu yang akan dituduh penjahat perang.
Apa yang ada di dunia ini?
Benar dan salah?
Bukan!
Yang ada hanyalah:
"MENANG dan KALAH".
Buat
mengubati hati lantaran pandangan gelap, orang dianjurkan masuk salah
satu agama. Apa sebetulnya yang ada dalam kalangan agama itu?
Perselisihan dan pembunuhan. Perang Salib di Palestin, kerana agama.
Perang 80 tahun katholik dan protestan dan di Eropah kerana agama.
Agama ternyata hanya alat untuk mencapai kekuasaan. Seorang diktator
besar, seperti Napoleon menawan Paus. Kemudian Paus itu perlu baginya,
untuk menyaksikannya menjadi Kaisar. Sebab itu Paus dipergunakannya
kembali.
Ah, bohong semua!
Hidup perseorangan pun
demikian. Tidak ada sebab buat besar hati, buat baik sangka dan
memandang indah hidup ini. Di mana letaknya yang akan dapat
menyenangkan hati di sini? Bertambah tumbuh akal, bertambah banyak yang
sulit. Di waktu usia muda, tenaga cukup dan semangat berkobar, tetapi
isi belum ada. Setelah tua, pengalaman telah mengisi peribadi. Tetapi
tanaga tak ada lagi.
Kesenangan?
Masa Kesenangan di sini?
Kesenangan
tidak pernah terasa. Kesenangan hanya pasif belaka. Yang terasa ialah
kesakitan. Ketika sakit, kita tidak dapat menafsirkan, apa erti
kesihatan itu. Setelah sakit, ertinya setelah kesihatan itu tak ada
lagi, baru kita teringat kepadanya.
Pemerintahan?
Apa erti pemerintahan?
Pemerintahan
adalah susunan masyarakat, yang terpaksa diadakan, dengan segala tipu
dayanya, janji dan janji dan main-main. Terpaksa diadakan, kerana
tidak ada yang lebih baik dari itu lagi.
Diktator diburukkan,
sebab sewenang-wenang orang seorang. Lalu diganti dengan demokrasi.
Kemudian ternyata demokrasi pun mempunyai keburukkan yang lain pula,
yang berbeza dengan keburukan diktator. Tetapi sama ada buruknya.
Berusaha
dalam hidup pun, apalah gunanya dipersuguhi. Hidup ini hanya main-main
belaka. Engkau Lebai dan Pak Kyai membaca "Subhanallah", kemudian
menyerukan bersedekah bagi dirinya untuk membelanjai anak isterinya.
Tukang potong kerbau pun demikian. Membaca "Bismillah", dengan nama
Allah, lalu sapi dan kerbau dipotongnya.
Itulah beberapa contoh bayangan dari perasaan Pesimis di dalam hidup ini. Payah pula membantahnya dan banyak pula penganutnya.
Schopenhauer, Tolstoy; (terhadap pemerintahan).
Nietsche dan beberapa ahli fikir yang lain, membuka pesimisme itu dalam falsafahnya.
Demikian juga Abul Ula Al Ma'ry dalam falsafah Arab.
Ahli-ahli tasauf banyaklah yang mempunyai aliran pesimis.
Dunia hanya tipu daya. Dunia hanya main-main:
Kupas dasun di dalam belanga
rama-rama bertali abuk
Upas racun kiranya dunia
makin lama makin memabuk
Menolak
sama sekali pesimis itu tidak boleh. Itu adalah kenyataan. Di sinilah
manfaat agama bagi orang yang beriman. Percaya akan adanya Allah dan
hari kemudian. Dunia ini gelap gelita, khayal, tipu daya. Tetapi kita
tidak akan sunyi dari berbuat baik, sebab bukan di sini kita akan
meminta ganjar balasan. Kita percaya ada lagi kehidupan di balik ini
yang lebih kekal.
Kita percaya ADA yang lebih sempurna (Kamal),
ada yang lebih Mulia (Jalal), ada yang lebih Indah (Jamal). Sebab itu
ambillah dunia tempat menanam dan mengetamnya adalah di akhirat.
Bersihkanlah pendirian peribadi, kerana dia adalah cahaya yang tidak
akan padam, sejak hidup sekarang, sampai kepada hidup nanti, di belakang
mati.
Orang beragama pun dengan sendirinya ada yang pesimis
terhadap dunia. Lantaran sangat pesimisnya, dia pun menjadi optimis,
menjadi percaya akan adanya hidup yang lebih sempurna itu. Dia optimis
sebab pesimis! Kalau tidak begitu, apa jalan lain lagi. Apa faedah
dari suatu pesimis yang tidak diberi hujung? Yang Indah, Yang Adil,
Yang Benar dan segala Yang Maha Sempurna itu ADA. Kalau tidak ada,
mengapa DIA ada dalam fikiran kita? sepesimis-pesimisnya hidup kita,
namun di sudut yang lain, kita masih mengakui adanya yang lebih baik.
Itulah perlunya IMAN dalam menghadapi hidup.
Dan pesimis tanpa iman, adalah celaka.
Sumber : http://calipso-tasaufmoden.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment