Pages

Thursday 26 February 2015

Mengundurkan Diri (Pesimis)

Pesimis, ertinya tak punya harapan, hilang kepercayaan kepada alam dan hidup. Sebab dilihat bahawa tidak ada harapan kebaikan daripadanya. Terutama dari kehidupan itu sendiri. Semuanya hanya sia-sia, semata-mata sia-saia. Keindahan, kesempurnaan hanya ada dalam cita-cita. Tidak berjumpa dalam alam nyata. Bagaimanapun menghabiskan umur, mengurus dunia ini,tidaklah ada yang akan beres. Selama hawa nafsu manusia masih ada, dan syaitan masih ada, janganlah harap akan mendapat keberesan. Nafsu serta syaitan itu tidaklah dapat dibunuh, sebab dia ada dalam kehidupan manusia itu sendiri.

Orang mengatakan dunia mesti damai. Tetapi tak akan ada selama masih ada pertentangan kepentingan di antara aku dan dia. Orang merebut kekuasaan, dengan semboyan mencari keadilan. Padahal merebut kekuasaan itu sendiri, terbukti tidak akan berhasil, kalau melalui jalan keadilan. Katanya, bangsanya yang beradab, harus mendidik bangsa yang tidak beradab. Sebab itu negeri yang dikatakannya bangsa tidak beradab itu dijajahnya, dan menjajah itu adalah puncak setinggi-tingginya dari perangai tak beradab dari bangsa yang mengaku sangat beradab.

Negara sekutu yang menang dalam Perang Dunia kedua menghukum gantung pemimpin-peminpin Nazi Jerman, yang dituduh penjahat perang. Mereka tidak dapat berkata, sebab sebelum dihukum, hukuman itu telah ada! Kalau mereka yang menang, tentu pemimpin-pemimpin sekutu yang akan dituduh penjahat perang.

Apa yang ada di dunia ini?
Benar dan salah?
Bukan!
Yang ada hanyalah:
"MENANG dan KALAH".

Buat mengubati hati lantaran pandangan gelap, orang dianjurkan masuk salah satu agama. Apa sebetulnya yang ada dalam kalangan agama itu? Perselisihan dan pembunuhan. Perang Salib di Palestin, kerana agama. Perang 80 tahun katholik dan protestan dan di Eropah kerana agama. Agama ternyata hanya alat untuk mencapai kekuasaan. Seorang diktator besar, seperti Napoleon menawan Paus. Kemudian Paus itu perlu baginya, untuk menyaksikannya menjadi Kaisar. Sebab itu Paus dipergunakannya kembali.

Ah, bohong semua!

Hidup perseorangan pun demikian. Tidak ada sebab buat besar hati, buat baik sangka dan memandang indah hidup ini. Di mana letaknya yang akan dapat menyenangkan hati di sini? Bertambah tumbuh akal, bertambah banyak yang sulit. Di waktu usia muda, tenaga cukup dan semangat berkobar, tetapi isi belum ada. Setelah tua, pengalaman telah mengisi peribadi. Tetapi tanaga tak ada lagi.

Kesenangan?

Masa Kesenangan di sini?
Kesenangan tidak pernah terasa. Kesenangan hanya pasif belaka. Yang terasa ialah kesakitan. Ketika sakit, kita tidak dapat menafsirkan, apa erti kesihatan itu. Setelah sakit, ertinya setelah kesihatan itu tak ada lagi, baru kita teringat kepadanya.

Pemerintahan?

Apa erti pemerintahan?

Pemerintahan adalah susunan masyarakat, yang terpaksa diadakan, dengan segala tipu dayanya, janji dan janji dan main-main. Terpaksa diadakan, kerana tidak ada yang lebih baik dari itu lagi.

Diktator diburukkan, sebab sewenang-wenang orang seorang. Lalu diganti dengan demokrasi. Kemudian ternyata demokrasi pun mempunyai keburukkan yang lain pula, yang berbeza dengan keburukan diktator. Tetapi sama ada buruknya.

Berusaha dalam hidup pun, apalah gunanya dipersuguhi. Hidup ini hanya main-main belaka. Engkau Lebai dan Pak Kyai membaca "Subhanallah", kemudian menyerukan bersedekah bagi dirinya untuk membelanjai anak isterinya. Tukang potong kerbau pun demikian. Membaca "Bismillah", dengan nama Allah, lalu sapi dan kerbau dipotongnya.

Itulah beberapa contoh bayangan dari perasaan Pesimis di dalam hidup ini. Payah pula membantahnya dan banyak pula penganutnya.

Schopenhauer, Tolstoy; (terhadap pemerintahan).

Nietsche dan beberapa ahli fikir yang lain, membuka pesimisme itu dalam falsafahnya.

Demikian juga Abul Ula Al Ma'ry dalam falsafah Arab.

Ahli-ahli tasauf banyaklah yang mempunyai aliran pesimis.

Dunia hanya tipu daya. Dunia hanya main-main:

Kupas dasun di dalam belanga
rama-rama bertali abuk
Upas racun kiranya dunia
makin lama makin memabuk


Menolak sama sekali pesimis itu tidak boleh. Itu adalah kenyataan. Di sinilah manfaat agama bagi orang yang beriman. Percaya akan adanya Allah dan hari kemudian. Dunia ini gelap gelita, khayal, tipu daya. Tetapi kita tidak akan sunyi dari berbuat baik, sebab bukan di sini kita akan meminta ganjar balasan. Kita percaya ada lagi kehidupan di balik ini yang lebih kekal.

Kita percaya ADA yang lebih sempurna (Kamal), ada yang lebih Mulia (Jalal), ada yang lebih Indah (Jamal). Sebab itu ambillah dunia tempat menanam dan mengetamnya adalah di akhirat. Bersihkanlah pendirian peribadi, kerana dia adalah cahaya yang tidak akan padam, sejak hidup sekarang, sampai kepada hidup nanti, di belakang mati.

Orang beragama pun dengan sendirinya ada yang pesimis terhadap dunia. Lantaran sangat pesimisnya, dia pun menjadi optimis, menjadi percaya akan adanya hidup yang lebih sempurna itu. Dia optimis sebab pesimis! Kalau tidak begitu, apa jalan lain lagi. Apa faedah dari suatu pesimis yang tidak diberi hujung? Yang Indah, Yang Adil, Yang Benar dan segala Yang Maha Sempurna itu ADA. Kalau tidak ada, mengapa DIA ada dalam fikiran kita? sepesimis-pesimisnya hidup kita, namun di sudut yang lain, kita masih mengakui adanya yang lebih baik.

Itulah perlunya IMAN dalam menghadapi hidup.

Dan pesimis tanpa iman, adalah celaka.


Sumber : http://calipso-tasaufmoden.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment